KALIMANTAN (Borneo)
Kalimantan pulau terbesar kedua di Indonesia sesudah Irian terbagi atas empat propinsi:
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Ke empat propinsi ini sebagian besar daerahnya dihuni oleh sukubangsa Dayak, yang terdiri dan beberapa anak sukubangsa. Walaupun demikian di daerah-daerah pesisirnya terdapat juga beberapa sukubangsa yang berasal dan puak melayu seperti suku Banjar dan Mandar di Kalimantan Selatan serta Melayu Pontianak di Kalimantan Barat.
DAYAK
Sebagian besar orang Dayak berdiam di wilayah kalimantan Tengah, Timur, Barat, serta sebagian kecil di Kalimantan Selatan. Sukubangsa Dayak terdiri atas beberapa sub-sukubangsa, antara lain Iban, Maanyan, Ngaju, Kenyah, Lawangan, Murut, dan sebagainya.
Sistem kekerabatan orang Dayak ditarik berdasarkan prinsip patrilineal, dengan bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga luas. Sebuah keluarga luas mendiami sebuah rumah besar yang disebut betang atau balal atau lamin. Di rumah besar mi pula orang Dayak mengadakan upacara dan kegiatan keagamaan. Gabungan beberapa keluarga luas berorientasi pada satu nenek moyang yang sangat dihormati. Penghormatan terhadap roh nenek moyang berkaitan erat dengan sistem kepercayaan mereka.
Sistem kepercayaan orang Dayak, yang meliputi kepercayaan terhadap roh-roh, disebut kaharingan. Mereka percaya bahwa roh orang meninggal akan menuju ke suatu tempat yang disebut alam datu tunjung punu gamari. Agar dapat mencapai tempat itu harus diadakan upacara-upacara khusus yang dipimpin oleh walian atau belian. Selain itu ada pula pemimpin informal dalam masyarakat tersebut, misalnya pangulu, mantir, dan pembakal.
Secara keseluruhan sistem pengetahuan orang Dayak dikaitkan dengan sistem kepercayaan mereka. Pengetahuan tentang bertani, ilmu gaib, dan sebagainya selalu dikaitkan dengan kepercayaan terhadap roh-roh. Kesenian mereka umumnya dibuat untuk keperluan upacara adat dalam rangka menghormati roh nenek moyang. Upacara adat yang menonjol adalah yang berkaitan dengan roh, yaitu upacara membatur dan membuntang.
Punan
Orang Punan dianggap sebagai satu sukubangsa yang hidup berpindah-pindah di pedalaman Propinsi Kalimantan Barat sampai ke wilayah Kalimantan Timur, Tengah, dan Selatan. Di wilayah Kalimantan Barat mereka berada di sekitar hulu-hulu anak sungai Kapuas dan di wilayah bagian selatan aliran sungai Kapuas di Kabupaten Kapuas Hulu.
Anggapan lain mengatakan bahwa Punan adalah sebutan bagi orang Dayak yang hidup nomaden di pedalaman Kalimantan, terutama di sekitar daerah hulu-hulu sungai besar. Pengembaraan orang Punan berkaitan erat dengan mata pencaharian mereka yang umumnya berburu dan meramu hasil hutan. Ada anggapan bahwa orang Punan hany amau mengembara dan “bertamu” untuk sementara di wilayah sukubangsa lain yang kira-kira ada kaitan bahasa dengan mereka. Tidak heran jika ada ahli berpendapat bahwa orang Punan tidak lain "sayap", atau bagian dan sukubangsa lainnya.
Ngaju
Sukubangsa ngaju tersebar di wilayah Kalimantan Barat bagian tenggara, Kalimantan Timur bagian barat, Kalimantan Tengah bagian selatan, dan Kalimantan Selatan bagian utara. Umumnya bermukim di sepanjang sungai Kapuas Kahayan, Rungun Manuhin, Barito, dan Katingan.
Mata pencaharian pokoknya adalah bercocok tanam padi di ladang. Sebagian lagi masih sering pergi berburu dan menangkap ikan di sungai. Mereka mendirikan rumah sejajar dengan sungai, kebanyakan masih berdiam di rumah-rumah panjang, dan dihuni oleh beberapa keluarga inti yang masih bagian dan satu klen kecil. Prinsip kekerabatannya bersifat ambilineal, karena garis keturunan bukan hanya dikaitkan dengan cikal bakal pihak ayah tetapi jug a dengan pihak ibu. Bentuk perkawinan yang ideal menurut mereka adalah antara gadis dan bujang yang bersaudara sepupu derajat kedua (hajenan), yaitu sepupu dan kakek yang bersaudara.
Ot Danum
Sukubangsa Ot danum beridam di sekitar daerah aliran Sungai Melawi, Sungai Silat, dan Sungai Maetah di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sebagian berdiam di wilayah Kalimantan Tengah, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu. Jumlah populasinya sekitar 6.000 jiwa.
Orang Ot Danum mendirikan pemukiman dekat pinggir sungai-sungai besar. Setiap kampung paling tidak mempunyai sebuah betang (rumah panjang) yang mempunyai ruangan-ruangan untuk keluarga batih, yang banyaknya sampai sekitar lima puluh buah. Mata pencaharian utamanya adalah perladangan berpindah dengan tanaman utama padi. Mata pencaharian lain adalah mengumpulkan hasil hutan, mendulang emas, menangkap ikan, dan berburu binatang liar.
Prinsip hubungan kekerabatan orang Ot Danum bersifat ambilineal, di mana sebagian kelompok masyarakat menghitung garis keturunan dan pihak ayah dan sekelompok lain dan garis ibu. Pada zaman dulu sebuah rumah betang terbentuk dan pertumbuhan sebuah keluarga ambilineal kecil. Pada masa sekarang bentuk keluarga luas virilokal lebih banyak dikenal. Sebuah desa secara formal dipimpin oleh seorang pembekal yang bertindak sebagai pemimpin administrasi (kepala desa dan seorang penghulu) yang bertindak sebagai kepala adat. Jabatan penghulu mi sering pula dijabat rangkap oleh seorang tokoh yang kemudian bergelar patih.
Religi asli orang Ot Danum disebut juga Kaharingan, yaitu istilah yang digunakan oleh masyarakat Dayak untuk membedakan kepercayaan asli mereka dengan agama-agama dan luar. Pada masa sekarang orang Ot Danum mulai memeluk agama Kristen.
Maloh
Sukubangsa Maloh atau Embaloh mendiami daerah sekitar anakanak sungai Kapuas, seperti disekitar sungai Ulu, Luh, Palm, Madai, Nyaubau, dan Leboyan. Daerah mereka termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat. Jumlah penduduknya sekitar 4.750 jiwa. Masyarakat mi terutama hidup dan perladangan padi secara berpindah. Sumber makanan pokok mereka lain adalah sagu. Sumber protein hewani utamanya adalah ikan yang ditangkap di sungai-sungai. Selain memelihara ternak mereka juga masih sering berburu binatang liar. Kegiatan lainnya adalah menyadap getah karet.
Kampung-kampung orang Maloh mereka sebut benua terletak di tepi sungai Setiap benua memiliki satu atau lebih sau (rumah panjang). Wilayah kampung ditandai oleh adanya uma (lahan perladangan) serta batas-batas alamiah yang diakui oleh kelompok-kelompok lain. Setiap kampung dikepalai oleh seorang samagat, biasanya dipilih turun-temurun dan golongan bangsawan. Dalam peranannya samagat mi perlu memperoleh dukungan dan dewan tetua yang mereka sebut tamatoa. Setiap keluarga batih (kajyan) mendiami bagian ruangan sau (rumah panjang) yang disebut tindoan. Prinsip hubungan kekerabatan mereka patrilineal.
Pada masa sekarang orang Maloh sudah memeluk agama Katholik atau Islam, sungguh pun begitu tradisi lama masih sering mendukung kepercayaan ash mereka. Orang Maloh yang memeluk agama Islam karena menjadi kelompok minoritas lebih suka pindah ke lingkungan masyarakat Muslim lain.
Minggu, 08 Juni 2008
Diposting oleh culture sosone di 21.03 0 komentar
Jaipongan
Jaipongan
Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.
[sunting] Sejarah
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.
Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.
Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.
[sunting] Berkembang
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.
Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).
Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).
Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan, dan Tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.
Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong menjadi kesenian Pong-Dut.Jaipongan yang telah diplopori oleh Mr. Nur & Leni
Diposting oleh culture sosone di 21.00 0 komentar
Rendang
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Rendang
Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai bahan utamanya. Masakan khas dari Sumatera Barat, Indonesia ini sangat digemari di semua kalangan masyarakat baik itu di Indonesia sendiri ataupun di luar negeri.
Selain daging sapi, rendang juga menggunakan kelapa(karambia), dan campuran dari berbagai bumbu khas Indonesia di antaranya Cabai (lado), lengkuas, serai, bawang dan aneka bumbu lainnya yang biasanya disebut sebagai (Pemasak).
Rendang memiliki posisi terhormat dalam budaya masyarakat Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatra Barat yaitu musyawarah, yang berangkat dari 4 bahan pokok, yaitu:
Dagiang (Daging Sapi), merupakan lambang dari Niniak Mamak (para pemmpin Suku adat)
Karambia (Kelapa), merupakan lambang Cadiak Pandai (Kaum Intelektual)
Lado (Sabai), merupakan lambang Alim Ulama yang pedas, tegas untuk mengajarkan syarak (agama)
Pemasak (Bumbu), merupakan lambang dari keseluruhan masyarakat Minang.
Diposting oleh culture sosone di 20.59 0 komentar
Sasando
Sasando
Sasando adalah sebuah alat instrumen petik musik. Instumen musik ini berasal dari pulau Rote, Nusa Tenggara Timur.
Bentuk sasando ada miripnya dengan instrumen petik lainnya seperti gitar, biola dan kecapi.
Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang biasa terbuat dari bambu. Lalu pada bagian tengah, melingkar dari atas ke bawah diberi ganjalan-ganjalan di mana senar-senar (dawai-dawai) yang direntangkan di tabung, dari atas ke bawah bertumpu. Ganjalan-ganjalan ini memberikan nada yang berbeda-beda kepada setiap petikan senar. Lalu tabung sasando ini ditaruh dalam sebuah wadah yang terbuat dari semacam anyaman daun lontar yang dibuat seperti kipas. Wadah ini merupakan tempat resonansi sasando.
Diposting oleh culture sosone di 20.55 0 komentar
Pura Paku Alaman
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Puro Paku Alaman adalah bekas Istana kecil Kadipaten Paku Alaman. Istana ini menjadi tempat tinggal resmi para Pangeran Paku Alam mulai tahun 1813 sampai dengan tahun 1950, ketika pemerintah Negara Bagian Republik Indonesia menjadikan Kadipaten Paku Alaman (bersama-sama Kesultanan Yogyakarta) sebagai sebuah daerah berotonomi khusus setingkat provinsi yang bernama Daerah Istimewa Yogyakarta.
Arsitektur dan Tata ruang
Istana Paku Alaman ini adalah sebuah istana kecil jika dibandingkan dengan Keraton Yogyakarta. Ini menunjukkan kedudukan Kadipaten yang walaupun sebagai negara berdaulat sendiri di luar Kesultanan Yogyakarta namun tetap setingkat di bawahnya. Istana ini menghadap ke arah selatan (sekarang jalan Sultan Agung). Di depannya juga terdapat sebuah tanah lapang kecil, Alun-alun Paku Alaman. Masjid besar Paku Alaman terdapat di sebelah barat daya istana. Arsitektur masjid mirip dengan masjid raya kesultanan namun dalam skala lebih kecil dan sederhana. Di dalamnya juga terdapat mimbar dan maksura, tempat ibadah Pangeran Paku Alam, seperti di masjid raya kesultanan.
Arsitek istana Paku Alaman tidak diketahui lagi, begitu pula dengan bagian-bagian dalam istana ini. Hal ini dikarenakan Puro Paku Alaman masih menjadi tempat kediaman resmi Sri Paduka Paku Alam IX, yang juga Wakil Gubernur Prov. DIY. Bagian yang dapat dilihat adalah pendapa terdepan yang disebut dengan Bangsal Sewatama. Seadngkan bagian yang terbuka untuk umum hanyalah Museum Paku Alaman. Istana ini diapit oleh jalan umum di sisi utara(Jl. Purwanggan), timur (Jl. Harjono), dan selatan (Jl. Sewandanan). Gerbang istana Paku Alaman terdapat di sisi selatan (gerbang utama) dan sisi utara (sudah ditutup, namun masih ada bekas-bekasnya). Konon dulu Istana ini juga dikelilingi benteng baluwarti yang tidak beranjungan. Konon tembok tebal sepanjang 20 m di sisi utara jalan Sultan Agung sebelah timur pertigaan dengan jalan Jagalan dipercaya sebagai bekas baluwarti. Gerbangnya konon terdapat di ujung selatan jalan Gajah Mada.
Warisan Paku Alaman
Warisan yang dapat disaksikan oleh masyarakat umum adalah yang terdapat dalam museum Paku Alaman. Di antara koleksinya adalah terjemahan perjanjian politik sebagai dasar berdirinya Kadipaten Paku Alaman serta berbagai perjanjian politik lainnya. Selain itu terdapat beberapa pusaka kerajaan (royal heirlooms) diantaranya adalah singgasana KGPA Paku Alam I, payung kebesaran "Songsong Bharad", serta "Songsong Tunggul Naga", Senjata tombak trisula, pakaian kebesaran, serta kereta kuda yang menjadi kendaraan resmi para Pangeran Paku Alam.
Pemangku Adat
Semula Puro Paku Alaman merupakan Lembaga Istana yang mengurusi raja dan keluarga kerajaan disamping menjadi pusat pemerintahan Kadipaten Paku Alaman. Setelah Kadipaten Paku Alaman bersama-sama Kesultanan Yogyakarta diubah statusnya dari negara menjadi Daerah Istimewa setingkat Provinsi secara resmi pada 1950, Puro Paku Alaman mulai dipisahkan dari Pemerintahan Daerah Istimewa dan di-depolitisasi sehingga hanya menjadi sebuah Lembaga Pemangku Adat Jawa khususnya garis/gaya Paku Alaman Yogyakarta. Fungsi Puro Paku Alaman berubah menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya Jawa khususnya gaya Paku Alaman Yogyakarta. Budaya Jawa gaya Paku Alaman ini kurang begitu terlihat dan berpengaruh di Yogyakarta mengingat wilayah Kadipaten Paku Alam yang kecil dan terletak jauh di pantai selatan Kabupaten Kulon Progo sekarang.
Namun demikian ada perbedaan antara Puro Paku Alaman Yogyakarta dengan Istana kerajaan-kerajaan Nusantara yang lain. Sri Paduka Paku Alam selain sebagai Yang Dipertuan Pemangku Tahta Adat /Kepala Puro Paku Alaman juga memiliki kedudukan yang khusus dalam bidang pemerintahan sebagai bentuk keistimewaan daerah Yogyakarta. Dari permulaan DIY berdiri (de facto 1946 dan de yure 1950) sampai tahun 1998 Sri Paduka Paku Alam secara otomatis diangkat sebagai Wakil Gubernur/Wakil Kepala Daerah Istimewa yang tidak terikat dengan ketentuan masa jabatan, syarat, dan cara pengangkatan Wakil Gubernur/Wakil Kepala Daerah lainnya (UU 22/1948; UU 1/1957; Pen Pres 6/1959; UU 18/1965; UU 5/1974). Antara 1988-1998 Wakil Gubernur/Wakil Kepala Daerah Istimewa ditunjuk sebagai penjabat jabatan Gubernur/Kepala Daerah Istimewa. Setelah 1999 keturunan Sri Paduka Paku Alam tersebut yang memenuhi syarat mendapat prioritas untuk diangkat menjadi Wakil Gubernur/Wakil Kepala Daerah Istimewa (UU 22/1999; UU 32/2004). Saat ini yang menjadi Yang Dipertuan Pemangku Tahta adalah Sri Paduka Paku Alam IX
Diposting oleh culture sosone di 20.46 0 komentar
Keraton Kasepuhan
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
KERATON KESEPUHAN CIREBON
Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit dari Sunan Gunung Jati) yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506, beliau bersemayam di dalem Agung Pakungwati CirebonKeraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Dan sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Putri itu cantik rupawan berbudi luhur dan bertubuh kokoh serta dapat mendampingi suami, baik dalam bidang Islamiyah, pembina negara maupun sebagai pengayom yang menyayangi rakyatnya.AKhkirnya beliau pada tahun 1549 wafat dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua, dari pengorbanan tersebut akhirnya nama beliau diabadikan dan dimulyakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan. Salah satu peninggalan bersejarah yang ada di Kota Cirebon adalah Keraton. Keraton sekarang ini lebih merupakan cagar budaya yang harus terus kita lestarikan karena di dalamnya terkandung nilai-nilai adi luhung yang merupakan peninggalan leluhur kita terutama pendiri Kota Cirebon . Salah satu Keraton yang ada di Kota Cirebon adalah Keraton Kasepuhan yang merupakan Keraton pertama di Cirebon. Keraton Kasepuhan berdiri dengan megah dan berada di daerah Kelurahan Kesepuhan. Di depan Keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu jaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan berbagai macam hukuman terhadap setiap rakyat yang melanggar peraturan seperti hukuman cambuk. Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu, Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Sedangkan di sebelah timur alun-alun dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar, sekarangnya adalah pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya. Model bentuk seperti ini yaitu Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya merupakan model-model Keraton pada waktu dahulu terutama yang terletak di daerah pesisir. Bahkan sampai sekarang model ini banyak diikuti oleh seluruh kabupaten/kota terutama di jawa yaitu di depan gedung pemerintahan terdapat alun-alun dan di sebelah baratnya terdapat masjid. Sebelum memasuki gerbang komplek Keraton Kasepuhan terdapat dua buah pendopo, di sebelah barat disebut Pancaratna yang dahulunya merupakan tempat berkumpulnya para punggawa Keraton, Lurah atau pada jaman sekarang adalah pamong praja. Sedangkan pendopo sebelah timur disebut Pancaniti yang merupakan tempat para perwira Keraton ketika diadakannya latihan keprajuritan di alun-alun. Memasuki jalan kompleks Keraton di sebelah kiri terdapat bangunan yang cukup tinggi dengan tembok bata kokoh disekelilingnya. Bangunan ini bernama Siti Inggil atau dalam bahasa cirebon sehari-harinya adalah lemah duwur yaitu tanah yang tinggi. Sesuai dengan namanya bangunan ini memang tinggi dan nampak seperti kompleks candi pada jaman Majapahit. Bangunan ini didirikan pada tahun 1529 M pada waktu jaman pemerintahan Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Di pelataran depan Siti Inggil terdapat meja batu berbentuk segi empat tempat santai. Bangunan ini merupakan bangunan tambahan yang dibuat pada tahun 1800-an. Siti Inggil memiliki dua Gapura dengan motif bentar bergaya arsitek jaman majapahit. Di sebelah utara bernama Gapura Adi sedangkan di sebelah selatan bernama Gapura Banteng, dibawah Gapura Banteng ini terdapat Candra Sakala dengan tulisan Kuta Bata Tinata Banteng yang jika diartikan adalah tahun 1451 saka yang merupakan tahun pembuatannya (1451 saka = 1529 M). Tembok bagian utara komplek Siti Inggil masih asli sedangkan sebelah selatan sudah pernah mengalami pemugaran/renovasi. Di dinding tembok kompleks Siti Inggil terdapat piring-piring dan porslen-porslen yang berasal dari Eropa dan negeri Cina dengan tahun pembuatan 1745 M. Di dalam kompleks Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding yang memiliki nama dan fungsi tersendiri. Bangunan utama yang terletak di tengah bernama Malang Semirang dengan jumlah tiang utama 6 buah yang melambangkan rukun iman dan jika dijumlahkan keseluruhan tiangnya berjumlah 20 buah yang melambangkan 20 sifat-sifat Allah SWT. Bangunan ini merupakan tempat sultan melihat latihan keprajuritan atau melihat pelaksanaan hukuman. Bangunan di sebelah kiri bangunan utama bernama Pendawa Lima dengan jumlah tiang penyangga 5 buah yang melambangkan rukun islam. Bangunan ini tempat para pengawal pribadi sultan.Bangunan di sebelah kanan bangunan utama bernama Semar Tinandu dengan 2 buah tiang yang melambangkan Dua Kalimat Syahadat. Bangunan ini adalah tempat penasehat Sultan/Penghulu. Di belakang bangunan utama bernama Mande Pangiring yang merupakan tempat para pengiring Sultan, sedangkan bangunan disebelah mande pangiring adalah Mande Karasemen, tempat ini merupakan tempat pengiring tetabuhan/gamelan. Di bangunan inilah sampai sekarang masih digunakan untuk membunyikan Gamelan Sekaten (Gong Sekati), gamelan ini hanya dibunyikan 2 kali dalam setahun yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Selain 5 bangunan tanpa dinding terdapat juga semacam tugu batu yang bernama Lingga Yoni yang merupakan lambing dari kesuburan. Lingga berarti laki-laki dan Yoni berarti perempuan. Bangunan ini berasal dari budaya Hindu. Dan di atas tembok sekeliling kompleks Siti Inggil ini terdapat Candi Laras untuk penyelaras dari kompleks Siti Inggil ini.
Diperoleh dari
Diposting oleh culture sosone di 20.35 0 komentar
Ayam betutu
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Betutu adalah lauk yang terbuat dari ayam atau bebek yang utuh yang berisi bumbu, kemudian dipanggang dalam api sekam. Betutu ini telah dikenal di seluruh kabupaten di Bali. Salah satu produsen betutu adalah desa Melinggih, kecamatam payangan kabupaten Gianyar. Betutu digunakan sebagai sajian pada upacara keagamaan dan upacara adat serta sebagai hidangan dan di jual. Konsumennya tidak hanya masyarakat bali tapi juga tamu manca negara yang datang ke Bali, khususnya pada tempat-tempat tertentu seperti di hotel dan rumah makan/restoran. Betutu tidak tahan disimpan lama.
Diposting oleh culture sosone di 20.32 0 komentar
Tari Pendet
Tari Pendet
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan jaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan dan perlengkapan sesajen lainnya.
Diposting oleh culture sosone di 20.29 0 komentar
Tumpeng
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Tumpeng
Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauknya dalam bentuk kerucut; karena itu disebut pula 'nasi tumpeng'. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini khas Jawa atau masyarakat Betawi keturunan Jawa dan biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting. Meskipun demikian, masyarakat Indonesia mengenal kegiatan ini secara umum.
Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah tradisional) dan dialasi daun pisang.
Tradisi
Acara yang melibatkan nasi tumpeng disebut secara awam sebagai 'tumpengan'. Di Yogyakarta misalnya, berkembang tradisi 'tumpengan' pada malam sebelum tanggal 17 Agustus, Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, untuk mendoakan keselamatan negara.
Ada tradisi tidak tertulis yang menganjurkan bahwa pucuk dari kerucut tumpeng dihidangkan bagi orang yang profesinya tertinggi dari orang-orang yang hadir. Ini dimaksudkan untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tersebut.
Lauk-pauk
Tidak ada lauk-pauk baku untuk menyertai nasi tumpeng. Namun demikian, beberapa lauk yang biasa menyertai adalah perkedel, abon, kedelai goreng, telur dadar/telur goreng, timun yang dipotong melintang, dan daun seledri. Variasinya melibatkan tempe kering, serundeng, urap kacang panjang, ikan asin atau lele goreng, dan sebagainya. Dalam pengartian makna tradisional tumpeng, dianjurkan bahwa lauk-pauk yang digunakan terdiri dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (ikan lele, ikan bandeng atau rempeyek teri) dan sayur-mayur (kangkung, bayam atau kacang panjang). Setiap lauk ini memiliki pengartian tradisional dalam budaya Jawa dan Bali. Lomba merias tumpeng cukup sering dilakukan, khususnya di kota-kota di Jawa Tengah dan Yogyakarta, umtuk memeriahkan Hari Proklamasi Kemerdekaan.
Variasi
Tumpeng Robyong - Tumpeng ini biasa disajikan pada upacara siraman dalam pernikahan adat Jawa. Tumpeng ini diletakkan di dalam bakul dengan berbagai macam sayuran. Di bagian puncak tumpeng ini diletakkan telur ayam, terasi, bawang merah dan cabai.
Tumpeng Nujuh Bulan - Tumpeng ini digunakan pada syukuran kehamilan tujuh bulan. Tumpeng ini terbuat dari nasi putih. Selain satu kerucut besar di tengah, tumpeng ini dikelilingi enam buah tumpeng kecil lainnya. Biasa disajikan di atas tampah yang dialasi daun pisang.
Tumpeng Pungkur - digunakan pada saat kematian seorang wanita atau pria yang masih lajang. Dibuat dari nasi putih yang disajikan dengan lauk-pauk sayuran. Tumpeng ini kemudian dipotong vertikal dan diletakkan saling membelakangi.
Tumpeng Putih - warna putih pada nasi putih menggambarkan kesucian dalam adat Jawa. Digunakkan untuk acara sakral.
Tumpeng Nasi Kuning - warna kuning menggambarkan kekayaan dan moral yang luhur. Digunakan untuk syukuran acara-acara gembira, seperti kelahiran, pernikahan, tunangan, dan sebagainya.
Tumpeng Nasi Uduk - Disebut juga tumpeng tasyakuran. Digunakan untuk peringatan Maulud Nabi.
Tumpeng Seremonial/Modifikasi
Diposting oleh culture sosone di 20.26 0 komentar
Tari Kecak
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Tari kecak
Tari Kecak ialah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual Sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.
Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rhama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian Sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.
Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak mempopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.
Diposting oleh culture sosone di 18.40 0 komentar
Tari Pendet
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura. Tarian ini melambangkan penyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Lambat-laun, seiring perkembangan jaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", meski tetap mengandung anasir yang sakral-religius.
Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan intensif, Pendet dapat ditarikan oleh semua orang, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa.
Tarian ini diajarkan sekedar dengan mengikuti gerakkan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Para gadis muda mengikuti gerakkan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Tari putri yang memiliki pola gerak yang lebih dinamis dari tari Rejang yang dibawakan secara berkelompok atau berpasangan, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih) dengan mengenakan pakaian upacara dan masing-masing penari membawa sangku, kendi, cawan dan perlengkapan sesajen lainnya.
Diposting oleh culture sosone di 18.31 0 komentar
Tari Saman
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Tari Saman
Tari Saman adalah salah satu tarian daerah Aceh yang paling terkenal saat ini. Tarian ini berasal dari dataran tinggi Gayo. Syair saman mempergunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh. Pada masa lalu, Tari Saman biasanya ditampilkan untuk merayakan peristiwa - peristiwa penting dalam adat dan masyarakat Aceh. Selain itu biasanya tarian ini juga ditampilkan untuk merayakan kelahiran Nabi Muhammad. Pada kenyataannya nama "Saman" diperoleh dari salah satu ulama besar Aceh, Syech Saman.
Tari Saman biasanya ditampilkan menggunakan iringan alat musik, berupa gendang dan menggunakan suara dari para penari dan tepuk tangan mereka yang biasanya dikombinasikan dengan memukul dada dan pangkal paha mereka sebagai sinkronisasi dan menghempaskan badan ke berbagai arah. Tarian ini dipandu oleh seorang pemimpin yang lazimnya disebut Syech. Karena keseragaman formasi dan ketepatan waktu adalah suatu keharusan dalam menampilkan tarian ini, maka para penari dituntut untuk memiliki konsentrasi yang tinggi dan latihan yang serius agar dapat tampil dengan sempurna. Tarian ini dilakukan secara berkelompok, sambil bernyanyi dengan posisi duduk berlutut dan berbanjar/bersaf tanpa menggunakan alat musik pengiring.
Karena kedinamisan geraknya, tarian ini banyak dibawak/ditarikan oleh kaum pria, tetapi perkembangan sekarang tarian ini sudah banyak ditarikan oleh penari wanita maupun campuran antara penari pria dan penari wanita. Tarian ini ditarikan kurang lebih 10 orang, dengan rincian 8 penari dan 2 orang sebagai pemberi aba-aba sambil bernyanyi.
Tari Ula-ula Lembing
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
Tari Ula-ula Lembing merupakan tarian daerah Aceh Tamiang. Tarian ini ditarikan oleh 12 orang atau lebih berputar-butar ke sekeliling panggung bagai ular. Tarian ini harus dibawakan dengan penjiwaan yang lincah dan ceria.
Diposting oleh culture sosone di 18.28 0 komentar
Tari-tarian Banjar
Jenis-jenis Tari Banjar
Bagandut
Jenis tari tradisional berpasangan yang di masa lampau merupakan tari yang menonjolkan erotisme penarinya mirip dengan tari tayub di Jawa dan ronggeng di Sumatera. Gandut artinya tledek (Jawa)
Baksa Dadap
Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Baksa Hupak
Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Baksa Kambang
Merupakan jenis tari klasik Banjar sebagai tari penyambutan tamu agung yang datang ke Kalimantan Selatan, penarinya adalah wanita.
Baksa Kantar
Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Baksa Kupu-Kupu Atarung
Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Baksa Lilin
Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan gerakan membawa lilin.
Baksa Panah
Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan gerakan memanah yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Baksa Tameng
Merupakan jenis tari klasik Banjar dengan menggunakan tameng (perisai) yang disebutkan dalam Hikayat Banjar..
Baksa Tumbak
Merupakan salah satu jenis tari klasik Banjar yang disebutkan dalam Hikayat Banjar.
Balatik
Latik artinya tunas, balatik artinya bertunas. Tarian ini menggambarkan tumbuhnya tunas-tunas muda seniman tari Banjar.
Baleha
Merupakan jenis tari berpasangan
Batarasulan
Merupakan jenis tari berpasangan
Bogam
Bogam adalah rangkaian bunga mawar dan melati. Tarian ini merupakan tari selamat datang dengan mempersembahkan kembang bogam kepada para tamu.
Dara Manginang
Tarian ini menggambarkan anak dara yang sedang menginang.
Garah Rahwana
Tarian yang menggambarkan sifat antagonis tokoh Rahwana dalam wayang Banjar.
Hantak Sisit
Merupakan jenis tari berpasangan
Hanoman
Tarian yang bakul getuk
Japin Batuah
Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan Melayu, semua penari adalah wanita.
Japin Bujang Marindu
Merupakan jenis tari berpasangan yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan Melayu. Tari mengambarkan kerinduan seorang kekasih setelah lama pergi merantau kemudian kembali ke kampung halaman.
Japin Dua Saudara
Tarian yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dan budaya Melayu.
Japin Hadrah
Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam yang mengangkat kesenian Hadrah ke dalam gerak tari yang dinamis, semua penari adalah wanita.
Japin Kuala
Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam yang bergaya daerah Banjar Kuala. Penarinya pria dan wanita berpasangan.
Japin Pasanggrahan
Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam dengan semua penarinya adalah wanita.
Japin Rantauan
Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam
Japin Sisit
Merupakan tari yang diambil dari gerak tari zafin yang bernafaskan Islam. Penarinya adalah wanita dengan mengenakan busana baju kurung sisit.
Kuda Kepang
Tari prajurit berkuda (kavaleri), merupakan pengaruh budaya Jawa.
Ladon
Ladon merupakan nama pasukan kerajaan Banjar. Tarian ini menggambarkam tari keprajuritan dan semua penarinya laki-laki. Tari ini sering dibawakan sebagai tari pembuka pada kesenian mamanda yaitu teater tradisonal Banjar, yang pertama kali berkembang dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin.
Maayam Tikar
Merupakan jenis tari khas dari Kabupaten Tapin yang menggambarkan remaja putri dari daerah Margasari, Kabupaten Tapin yang sedang menganyam tikar dan anyaman. Tari berdurasi sekitar 6 menit ini biasanya dibawakan oleh 10 orang penari putri. Tari ini diciptakan oleh Muhammad Yusuf, Ketua Sanggar Tari Buana Buluh Merindu, dari kota Rantau, ibukota Kabupaten Tapin.
Ning Tak Ning Gung
Merupakan tari dolanan anak-anak yang menggambarkan anak-anak yang sedang bermain.
Paris Tangkawang
Merupakan jenis tari berpasangan
Radap Rahayu
Merupakan tari klasik Banjar dalam menyambut tamu agung dan ditarikan dalam upacara perkawinan, para penarinya adalah wanita.
Rudat
Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam posisi duduk.
Sinoman Hadrah
Kesenian yang bernafaskan Islam dengan dominasi gerakan tari dalam posisi berdiri.
Tanggui
Tari yang menggambarkan para wanita yang memakai tanggui yaitu sejenis topi lebar).
Tameng Cakrawati
Tari yang menggambarkan seorang isteri (Cakrawati) yang melanjutkan perjuangan suaminya melawan penjajah Belanda.
Tirik Kuala
Merupakan jenis tari tradisional yang bergaya tirik, yaitu jenis tari dan lagu yang bergaya daerah Hulu Sungai. Dengan diiringi lagu : Tirik_Japin
Tirik Lalan
Merupakan jenis tari tradisional berpasangan (pergaulan) yaitu penari putera dan puteri yang bergaya tirik yaitu jenis tari yang berasal dari daerah Hulu Sungai.
Topeng Kelana
Merupakan jenis tari topeng dengan tokoh Kelana, tari ini merupakan pengaruh budaya Jawa.
Topeng Wayang
Merupakan jenis tari berpasangan
Topeng
Topeng yang dipakai pada tarian topeng etnis Banjar.
Merupakan jenis tari klasik yang berasal dari Tapin yang biasanya dibawakan oleh tiga orang yang masing-masing memainkan sebuah karakter yaitu Gunung Sari, Patih dan Tumenggung dengan diiringi gamelan Banjar. Sebelum melakukan tarian topeng dilakukan suatu ritual dengan menyediakan sesajian terlebih dahulu yaitu sebiji telur ayam kampung, ketan, dan kopi pahit, yang diletakkan di dekat area pertunjukkan, maksudnya agar saat menari, roh dari topeng ini tidak mengganggu si penari. Tarian ini umumnya dilakukan oleh penari pria, kadang-kadang oleh penari wanita.
Diposting oleh culture sosone di 18.15 0 komentar
Sabtu, 07 Juni 2008
BATIK JAWA
Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "titik". Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan "malam" (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), atau dalam Bahasa Inggrisnya "wax-resist dyeing".
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh orang Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.
Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.
Cara pembuatan
Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
Jenis batik
- Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan.
- Batik cap adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap ( biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 hari.
by culture sosone12
Diposting oleh culture sosone di 23.59 0 komentar
ADAT ISTIADAT BATAK
Diposting oleh culture sosone di 23.47 1 komentar