CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Kamis, 05 Juni 2008

Kekuatan Budaya Mulai Hilang

Kekuatan budaya Indonesia terletak pada kemajemukannya. Namun, saat ini kemajemukan tersebut cenderung tergerus dan menghilang. Akibatnya, kebudayaan Indonesia makin carut- marut dan bahkan dianggap mulai tidak ada.
Hal ini terungkap dalam dialog lintas generasi bertajuk "Budaya Indonesia Tidak Ada", di Societeit Militer Taman Budaya Yogyakarta, pekan lalu. "Kemajemukan jangan menjadi sumber konflik, tetapi justru perlu dibangun agar terus menjadi kekuatan budaya," ujar Ketua Dewan Kebudayaan Kota Charis Zubair.
Penghargaan atas kemajemukan pernah menjadi wujud kearifan budaya nenek moyang. Namun, kini nilai tersebut cenderung tidak lagi menjadi teladan bagi generasi muda. "Budaya yang mencerminkan penghargaan kemajemukan mulai hilang. Sikap budaya tersebut harus mulai dikembangkan sekali lagi," ucap Charis.
Meskipun beragam, kebudayaan Indonesia bisa hidup saling berdampingan karena rasa toleransi yang tinggi. Hal ini ditandai antara lain dengan peristiwa sumpah pemuda dan penyusunan teks proklamasi. Bahasa Indonesia yang berakar Melayu dan hanya digunakan kaum minoritas di Kepulauan Riau, misalnya, justru mampu disahkan menjadi bahasa nasional.
Rapuh
Namun, dengan berjalannya waktu, rasa toleransi tersebut semakin menipis. Sementara, nasionalisme Indonesia juga sangat rapuh. Satu- satunya kesamaan yang membentuk negara Indonesia hanya karena tiap daerah pernah dijajah oleh Belanda.
"Indonesia merupakan komunitas dengan pluralitas yang sangat tinggi sehingga dibutuhkan kearifan untuk mengelola kemajemukan ini," tutur Charis.
Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada Arie Sudjito mengakui bahwa budaya Indonesia semakin carut-marut. Merebaknya korupsi, kriminalitas, dan bentrok antaretnis merupakan bukti dari carut- marutnya kebudayaan.
Carut-marut budaya tersebut, menurut Arie, akan semakin mengaburkan makna atas budaya. Ke depannya, masyarakat harus diberi ruang untuk berekspresi. Demokrasi bisa menjadi alat untuk mengembalikan budaya yang mulai luntur," tuturnya.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Farukh HT menegaskan bahwa kebudayaan memiliki cakupan yang luas. Tak hanya berupa kesenian, adat istiadat, tetapi juga termasuk nilai dan pandangan hidup.
"Ke depannya, perlu kesadaran untuk membangun toleransi bahwa orang lain adalah bagian dari kehidupan kita sehingga budaya Indonesia bisa terus berkembang," ujar Charis.



posted by: ikrima

0 komentar: