CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

Minggu, 08 Juni 2008

KALIMANTAN (Borneo)

Kalimantan pulau terbesar kedua di Indonesia sesudah Irian terbagi atas empat propinsi:
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Ke empat propinsi ini sebagian besar daerahnya dihuni oleh sukubangsa Dayak, yang terdiri dan beberapa anak sukubangsa. Walaupun demikian di daerah-daerah pesisirnya terdapat juga beberapa sukubangsa yang berasal dan puak melayu seperti suku Banjar dan Mandar di Kalimantan Selatan serta Melayu Pontianak di Kalimantan Barat.
DAYAK
Sebagian besar orang Dayak berdiam di wilayah kalimantan Tengah, Timur, Barat, serta sebagian kecil di Kalimantan Selatan. Sukubangsa Dayak terdiri atas beberapa sub-sukubangsa, antara lain Iban, Maanyan, Ngaju, Kenyah, Lawangan, Murut, dan sebagainya.
Sistem kekerabatan orang Dayak ditarik berdasarkan prinsip patrilineal, dengan bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga luas. Sebuah keluarga luas mendiami sebuah rumah besar yang disebut betang atau balal atau lamin. Di rumah besar mi pula orang Dayak mengadakan upacara dan kegiatan keagamaan. Gabungan beberapa keluarga luas berorientasi pada satu nenek moyang yang sangat dihormati. Penghormatan terhadap roh nenek moyang berkaitan erat dengan sistem kepercayaan mereka.
Sistem kepercayaan orang Dayak, yang meliputi kepercayaan terhadap roh-roh, disebut kaharingan. Mereka percaya bahwa roh orang meninggal akan menuju ke suatu tempat yang disebut alam datu tunjung punu gamari. Agar dapat mencapai tempat itu harus diadakan upacara-upacara khusus yang dipimpin oleh walian atau belian. Selain itu ada pula pemimpin informal dalam masyarakat tersebut, misalnya pangulu, mantir, dan pembakal.
Secara keseluruhan sistem pengetahuan orang Dayak dikaitkan dengan sistem kepercayaan mereka. Pengetahuan tentang bertani, ilmu gaib, dan sebagainya selalu dikaitkan dengan kepercayaan terhadap roh-roh. Kesenian mereka umumnya dibuat untuk keperluan upacara adat dalam rangka menghormati roh nenek moyang. Upacara adat yang menonjol adalah yang berkaitan dengan roh, yaitu upacara membatur dan membuntang.
Punan
Orang Punan dianggap sebagai satu sukubangsa yang hidup berpindah-pindah di pedalaman Propinsi Kalimantan Barat sampai ke wilayah Kalimantan Timur, Tengah, dan Selatan. Di wilayah Kalimantan Barat mereka berada di sekitar hulu-hulu anak sungai Kapuas dan di wilayah bagian selatan aliran sungai Kapuas di Kabupaten Kapuas Hulu.
Anggapan lain mengatakan bahwa Punan adalah sebutan bagi orang Dayak yang hidup nomaden di pedalaman Kalimantan, terutama di sekitar daerah hulu-hulu sungai besar. Pengembaraan orang Punan berkaitan erat dengan mata pencaharian mereka yang umumnya berburu dan meramu hasil hutan. Ada anggapan bahwa orang Punan hany amau mengembara dan “bertamu” untuk sementara di wilayah sukubangsa lain yang kira-kira ada kaitan bahasa dengan mereka. Tidak heran jika ada ahli berpendapat bahwa orang Punan tidak lain "sayap", atau bagian dan sukubangsa lainnya.
Ngaju
Sukubangsa ngaju tersebar di wilayah Kalimantan Barat bagian tenggara, Kalimantan Timur bagian barat, Kalimantan Tengah bagian selatan, dan Kalimantan Selatan bagian utara. Umumnya bermukim di sepanjang sungai Kapuas Kahayan, Rungun Manuhin, Barito, dan Katingan.
Mata pencaharian pokoknya adalah bercocok tanam padi di ladang. Sebagian lagi masih sering pergi berburu dan menangkap ikan di sungai. Mereka mendirikan rumah sejajar dengan sungai, kebanyakan masih berdiam di rumah-rumah panjang, dan dihuni oleh beberapa keluarga inti yang masih bagian dan satu klen kecil. Prinsip kekerabatannya bersifat ambilineal, karena garis keturunan bukan hanya dikaitkan dengan cikal bakal pihak ayah tetapi jug a dengan pihak ibu. Bentuk perkawinan yang ideal menurut mereka adalah antara gadis dan bujang yang bersaudara sepupu derajat kedua (hajenan), yaitu sepupu dan kakek yang bersaudara.
Ot Danum
Sukubangsa Ot danum beridam di sekitar daerah aliran Sungai Melawi, Sungai Silat, dan Sungai Maetah di kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Sebagian berdiam di wilayah Kalimantan Tengah, yaitu Kabupaten Kapuas Hulu. Jumlah populasinya sekitar 6.000 jiwa.
Orang Ot Danum mendirikan pemukiman dekat pinggir sungai-sungai besar. Setiap kampung paling tidak mempunyai sebuah betang (rumah panjang) yang mempunyai ruangan-ruangan untuk keluarga batih, yang banyaknya sampai sekitar lima puluh buah. Mata pencaharian utamanya adalah perladangan berpindah dengan tanaman utama padi. Mata pencaharian lain adalah mengumpulkan hasil hutan, mendulang emas, menangkap ikan, dan berburu binatang liar.
Prinsip hubungan kekerabatan orang Ot Danum bersifat ambilineal, di mana sebagian kelompok masyarakat menghitung garis keturunan dan pihak ayah dan sekelompok lain dan garis ibu. Pada zaman dulu sebuah rumah betang terbentuk dan pertumbuhan sebuah keluarga ambilineal kecil. Pada masa sekarang bentuk keluarga luas virilokal lebih banyak dikenal. Sebuah desa secara formal dipimpin oleh seorang pembekal yang bertindak sebagai pemimpin administrasi (kepala desa dan seorang penghulu) yang bertindak sebagai kepala adat. Jabatan penghulu mi sering pula dijabat rangkap oleh seorang tokoh yang kemudian bergelar patih.
Religi asli orang Ot Danum disebut juga Kaharingan, yaitu istilah yang digunakan oleh masyarakat Dayak untuk membedakan kepercayaan asli mereka dengan agama-agama dan luar. Pada masa sekarang orang Ot Danum mulai memeluk agama Kristen.
Maloh
Sukubangsa Maloh atau Embaloh mendiami daerah sekitar anak­anak sungai Kapuas, seperti disekitar sungai Ulu, Luh, Palm, Madai, Nyaubau, dan Leboyan. Daerah mereka termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat. Jumlah penduduknya sekitar 4.750 jiwa. Masyarakat mi terutama hidup dan perladangan padi secara berpindah. Sumber makanan pokok mereka lain adalah sagu. Sumber protein hewani utamanya adalah ikan yang ditangkap di sungai-sungai. Selain memelihara ternak mereka juga masih sering berburu binatang liar. Kegiatan lainnya adalah menyadap getah karet.
Kampung-kampung orang Maloh mereka sebut benua terletak di tepi sungai Setiap benua memiliki satu atau lebih sau (rumah panjang). Wilayah kampung ditandai oleh adanya uma (lahan perladangan) serta batas-batas alamiah yang diakui oleh kelompok-kelompok lain. Setiap kampung dikepalai oleh seorang samagat, biasanya dipilih turun-temurun dan golongan bangsawan. Dalam peranannya samagat mi perlu memperoleh dukungan dan dewan tetua yang mereka sebut tamatoa. Setiap keluarga batih (kajyan) mendiami bagian ruangan sau (rumah panjang) yang disebut tindoan. Prinsip hubungan kekerabatan mereka patrilineal.
Pada masa sekarang orang Maloh sudah memeluk agama Katholik atau Islam, sungguh pun begitu tradisi lama masih sering mendukung kepercayaan ash mereka. Orang Maloh yang memeluk agama Islam karena menjadi kelompok minoritas lebih suka pindah ke lingkungan masyarakat Muslim lain.

0 komentar: